FORKOM IMEKKO Bersatu Provinsi Papua Barat Daya (PBD) menyatakan kekecewaan dan kecaman keras terhadap tindakan Polresta Kota Sorong yang dianggap telah melanggar hak asasi manusia (HAM) dalam proses penahanan Otis Tarage.
Otis Tarage, seorang pemuda yang diduga melakukan tindak pidana pencurian sebagaimana diatur dalam Pasal 363 KUHP, tidak mendapatkan proses hukum yang adil sebagaimana SOP POLRI. Sebaliknya, Otis justru mengalami penyiksaan berat selama dalam tahanan.
Menurut Ketua FORKOM IMEKKO Bersatu PBD, Ferry Onim, S.H., yang juga menjabat sebagai Ketua DPW AWMORI PBD, Otis dipulangkan oleh pihak kepolisian pada malam hari, 18 Mei 2025 pukul 21.00 WIT, dalam kondisi yang sangat kritis. Otis mengalami sesak napas, muntah darah, dan terdapat luka lebam di sekujur tubuh akibat dugaan pemukulan menggunakan papan, rotan, kayu, selang, bahkan besi.
FORKOM menyebut, ini bukan pertama kalinya dugaan penyiksaan terjadi di tangan Tim Reskrim Polresta Kota Sorong, yang dikenal dengan julukan Tim Mangewan. Tim ini sebelumnya juga pernah dikaitkan dengan kasus meninggalnya ponakan dari tokoh publik Edi Kondologit.
“Otis bukan mendapatkan proses hukum yang membina, melainkan penyiksaan. Ini adalah pelanggaran HAM berat. Kami mendesak Kapolda PBD dan Kapolres Kota Sorong untuk memproses secara hukum anggota-anggota Tim Reskrim tersebut,” tegas Ferry Onim.
Otis sempat dirawat di RS Selebisolo Kota Sorong karena kondisinya memburuk dalam tahanan. Namun setelah itu ia dikembalikan ke tahanan, hingga akhirnya pihak kepolisian menyerahkannya kembali ke keluarga dalam kondisi Kritis.
FORKOM IMEKKO Bersatu meminta perhatian nasional terhadap insiden ini dan mendorong adanya investigasi independen serta sanksi hukum terhadap aparat yang terbukti melakukan kekerasan terhadap tahanan.
Kontak Media:
Ferry Onim, S.H.
Ketua FORKOM IMEKKO Bersatu PBD / Ketua DPW AWMORI PBD
